Selasa, 30 Juni 2009

MAsalah Jilbab

Inilah hebatnya qur'an, penganut yang sama bisa memahami pesan yang sama
maka implementasipun mejadi beda. Saya jadi ingat anekdote demikian :

Suatu ketika ada orang yang kaya raya di negerinya (sebut saja di antah
barantah) sakit keras, dan merasa ajalnya akan tiba maka dipanggilnya dua
anak lelakinya yang merupakan ahliwaris yang sah. Sang ayah berkata,
"anak-anakku ajalku akan tiba, silakan hartaku dibagi sesuai hukum yang
berlaku, namun aku ada pesan untuk kalian, insya Allah kalau kalian akan
menjalankan petuahku ini, kalian akan sukses dalam berbisnis". Kedua anak
lelakinya dengan khusyu' menyimak pesan terakhir sang
ayahanda."anak-anakku, ada tiga hal yang bisa aku wasiyatkan yaitu 1)
jangan biarkan dirimu terkena sinar matahari, 2) jangan suka menagih
hutang, dan 3 ) perbanyaklah sedekah menolang orang yang membutuhkan".
Setelah menyampaikan pesan demikian sang ayahpun menghadap sang Pencipta
menuju ke alam baka.

Maka setelah dimakamkan harta warisanpun dibagi sesuai hukum yang berlaku.
Maka tibalah sang kedua anak tsb mandiri dalam mengelola harta warisan
tanpa kehadiran sang ayah. Anak pertama mengimplementasikan pesan sang ayah
secara harfiyah maka langkah yang dilakukan adalah : 1) membangun
terowongan dari rumah ke kantor bisnis yang dia miliki (ia yakin dengan
membangun terowongan tsb ia bisa menghindari sinar matahari) maka biaya
untuk membangun terowongan tsb cukup signifikan alias besar dan sang anak
pertama ini datang ke kantorpun seenaknya sendiri kadang kesiangan
pulangnya pun cepat sebelum matahari terbenam. 2) Para debitur banyak
berdatangan mengajukan kredit semuanya disetujui tanpa diseleksi kelayakan
dan bonaviditasnya, namun sesuai pesan sang ayahanda, anak pertama ini
tidak menagihnya meskipun sudah jatuh tempo. dan 3) Setiap orang minta
sumbangan diberikan meskipun yang mengajukan permohonan itu digunakan untuk
membiayai bisnis maksiat. Pendek kata semua pesan / wasiat ayahnya sudah
dikerjakan sesuai pemahamannya tersebut. Al hasil sang anak pertama ini
bangkrut dalam waktu yang relatif pendek dan diapun mencoba bersilaturahmi
kepada adiknya yang ternyata sukses. Sang kakak ingin sharing dengan sang
adik bagaimana dia mengamalkan wasiat almarhum sang ayah.

Maka sang adikpun menceritakan cara dia menerapkan pesan sang ayah, yang
dilakukan sang adik adalah 1) tidak pernah terlintas untuk membangun
terowongan bawah tanah demi menghindari sinar matahari, sang adik berangkat
kerja pagi sebelum matahari terbit, pulang setelah matahari terbenam. Alias
kerja keras dan smart, ia memanage dengan cermat bisnis usahanya, 2) Sang
adik memang tidak pernah menagih hutang kepada debiturnya, karena
menerapkan seleksi ketas aspek kelayakan dan bonaviditas sang debitur
tertutama kemampuan membayar hutang baik jangka pendek maupun jangka
panjang, al hasil debitur gak pernah menunggak maka pesan sang ayahpun
sudah terlaksana dengan tepat. 3) Sang adik juga suka sedekah tetapi
selektif tetap diberlakukan yaitu kalau sumbangannya itu dipakai untuk
bisnis maksiat dia tolak karena mengharap rdho dan berkah dari yang Maha
kuasa. Al hasil sang adik sukses besar.

Tentu saja kisah tersebut adalah fiktif dan boleh jadi terlalu sederhana,
namun paling tidak dari anekdote tsb kita bisa membandingkan bagaimana kita
memahami redaksi ayat qur'an tentang "jilbab" ada yang melihat secara
harfiyah dan ada yang tidak. Tentu saja anekdote yang saya sodorkan itu
tidak saya maksudkan untuk memojokkan penggemar harfiyah approach. Wallahu
a'lam, Allahlah yang Mahabenar. Semoga kita dihindarkan dari salah dan khilaf.

0 Comments:

Post a Comment